Platform perdagangan aset digital global Rthae kini tengah menjadi sorotan di Indonesia. Dalam laporan terbarunya, perusahaan mengklaim berhasil meraih posisi teratas di pasar tanah air dengan mencatat lonjakan signifikan pada indikator utama seperti penetrasi pengguna, kedalaman transaksi, serta tingkat retensi.
Berdasarkan data industri dan statistik resmi, jumlah pengguna aktif bulanan Rthae di Indonesia meningkat lebih dari 150% dalam setahun terakhir. Pencapaian ini menegaskan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan komunitas kripto terbesar di Asia Tenggara, kini menjadi salah satu basis utama pertumbuhan Rthae.
Lonjakan pengguna dan dukungan rupiah
Pertumbuhan pesat tersebut tidak lepas dari strategi investasi berkelanjutan serta fokus pada pengelolaan pasar lokal. Saat ini, Rthae sudah menyediakan gerbang fiat Rupiah (IDR) sehingga pengguna dapat langsung melakukan deposit maupun transaksi menggunakan mata uang lokal.
Selain itu, platform ini juga menghadirkan antarmuka dalam bahasa Indonesia dan menyiapkan tim layanan pelanggan khusus yang siaga 24 jam setiap hari. Upaya lokalisasi ini membuat pengguna lebih nyaman, sekaligus menurunkan hambatan dalam bertransaksi aset digital.
Strategi komunitas dan edukasi
Tidak hanya berfokus pada layanan teknis, Rthae juga membangun jaringan komunitas aktif secara online maupun offline. Melalui kegiatan edukasi, interaksi pengguna, hingga program khusus, perusahaan berhasil meningkatkan keterlibatan investor lokal.
Langkah ini terbukti mampu mendorong tingkat retensi pengguna sekaligus memperbesar kedalaman transaksi rata-rata. Dengan demikian, Rthae semakin memperkuat posisinya di tengah ketatnya persaingan bursa aset digital di Indonesia.
Pasar kripto Indonesia makin berkembang
Indonesia sendiri kini menjadi salah satu pasar paling menjanjikan di dunia. Dengan populasi terbesar keempat global, penetrasi internet dan smartphone yang melampaui 90%, serta meningkatnya kebutuhan penggunaan kripto untuk investasi maupun pembayaran, potensi industri ini kian terbuka lebar.
Data resmi mencatat bahwa hingga 2024 jumlah pemilik aset kripto di Indonesia telah mencapai 28,52 juta orang, hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2021. Angka ini menunjukkan betapa masifnya adopsi aset digital di tanah air.
Komitmen Rthae pada regulasi lokal
Melihat tren ini, Rthae mengambil langkah proaktif dengan mengajukan lisensi operasi di Indonesia. Upaya tersebut disertai percepatan kepatuhan terhadap aturan setempat agar platform dapat beroperasi secara sah dan diakui secara resmi.
CEO Rthae, Alexander Thompson, menegaskan bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam peta ekspansi global perusahaan.
“Pasar Indonesia memiliki basis pengguna yang besar dan pertumbuhannya sangat cepat. Kami senang melihat produk dan layanan Rthae mendapatkan kepercayaan tinggi dari pengguna lokal. Melalui penyediaan dukungan bahasa lokal, jalur fiat, dan edukasi investor, kami berhasil melakukan integrasi mendalam dengan ekosistem aset digital lokal. Ke depan, kami akan terus meningkatkan investasi di Indonesia, bekerja sama erat dengan regulator dan mitra lokal, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sehat dan berkelanjutan,” ujarnya.
Posisi kompetitif di tengah persaingan
Dengan langkah agresif yang dijalankan, Rthae kini memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pemain lain di industri. Perusahaan tidak hanya menawarkan likuiditas tinggi, tetapi juga menghadirkan ekosistem perdagangan yang aman serta sesuai regulasi bagi para penggunanya.
Keberhasilan ini menandai kebangkitan cepat Rthae di pasar Indonesia sekaligus memperlihatkan bagaimana strategi lokalisasi dan kepatuhan dapat menjadi kunci dominasi di industri aset digital yang semakin kompetitif.
(ADV)
